Wahai
Putriku ....!!!
Putriku
tercinta!
Aku
seorang yang telah berusia hampir limapuluh tahun.
Hilang
sudah masa remaja, impian dan khayalan.
Aku
telah mengunjungi banyak negeri, dan berjumpa dengan banyak orang.
Aku
juga telah merasakan pahit getirnya dunia.
Oleh karena itu
dengarkanlah nasehat-nasehatku yang benar lagi jelas, berdasarkan
pengalaman-pengalamanku, yang belum pernah engkau dengar dari orang lain
sebelumnya.
Kami telah menulis
dan mengajak kepada perbaikan moral, menghapus kejahatan dan mengekang hawa
nafsu, sampai pena tumpul, dan mulut letih, tetapi kami tidak menghasilkan
apa-apa.
Kemungkaran tidak dapat kami berantas, bahkan
semakin bertambah, kerusakan telah mewabah, para wanita keluar dengan pakaian
merangsang, terbuka bagian lengan, betis dan lehernya.
Wahai
Putriku …..
Kami belum menemukan
cara untuk memperbaiki, kami belum tahu jalannya. Sesungguhnya jalan kebaikan itu ada di
depanmu, putriku!
Kuncinya berada di tanganmu.
Benar bahwa
lelakilah yang memulai langkah pertama dalam lorong dosa,
tetapi bila engkau
tidak setuju,
laki-laki itu tidak
akan berani,
dan andaikata bukan
lantaran lemah gemulaimu,
laki-laki tidak akan
bertambah parah.
Wahai
Putriku …!
Engkaulah
yang membuka pintu,
kau
katakan kepada si pencuri itu :
“
Silakan Masuk … ketika ia telah mencuri,
“
Engkau berteriak : maling …! Tolong …tolong… saya kemalingan.
Demi
Allah … ,
Dalam
khayalan seorang pemuda tak melihat gadis kecuali gadis itu telah ia telanjangi
pakaiannya.
Demi
Allah …
begitulah,
jangan engkau percaya apa yang dikatakan laki-laki,
bahwa
ia tidak akan melihat gadis kecuali akhlak dan budi bahasanya.
Wahai
Putriku...
Ia
akan berbicara kepadamu sebagai seorang SAHABAT, ADIK, ATAU KAKAK
Apa,
wahai puteriku?
Coba
kau pikirkan! Kalian berdua sesaat berada dalam kenikmatan,
kemudian
engkau ditinggalkan, dan ……
engkau
selamanya tetap akan merasakan penderitaan akibat kenikmatan itu. Pemuda
tersebut akan mencari mangsa lain untuk diterkam kehormatannya,
dan
engakulah yang menanggung beban kehamilan dalam perutmu.
Jiwamu
menangis, ….
keningmu
tercoreng, ….
selama
hidupmu engkau akan tetap berkubang dalam kehinaan dan keaiban, masyarakat
tidak akan mengampunimu selamanya.
Wahai
Putriku
Bila
engkau bertemu dengan pemuda, kau palingkan muka, dan menghindarinya. Apabila pengganggumu
berbuat lancang lewat perkataan atau tangan yang usil, kau lepaskan sepatu
dari kakimu lalu kau lemparkan ke kepalanya,
bila
semua ini engkau lakukan,maka semua orang di jalan akan membelamu. Setelah itu
anak-anak nakal itu takkan mengganggu gadis-gadis lagi.
Apabila anak
laki-laki itu menginginkan kebaikan maka ia akan mendatangi orang tuamu untuk melamar.
Cita-cita wanita
tertinggi adalah perkawinan.
Wanita, bagaimanapun juga
status sosial, kekayaan, popularitas, dan prestasinya,
sesuatu yang sangat
didamba-dambakannya adalah menjadi isteri yang baik serta ibu rumah tangga yang
terhormat.
Tak ada seorangpun
yang mau menikahi pelacur,
sekalipun ia lelaki
hidung belang,
apabila ia akan
menikah tidak akan memilih wanita jalang
(nakal),
akan tetapi ia akan
memilih wanita yang baik
karena ia tidak rela
bila ibu rumah
tangga dan ibu putera-puterinya adalah seorang wanita amoral. Sesungguhnya
krisis perkawinan terjadi disebabkan kalian kaum wanita!
Krisis perkawinan
terjadi disebabkan perbuatan wanitawanita asusila,
sehingga para pemuda tidak membutuhkan isteri,
akibatnya banyak
para gadis berusiac ukup untuk nikah tidak mendapatkan suami.
Mengapa
wanita-wanita yang baik belum juga sadar?
Mengapa
kalian tidak , berusaha memberantas
malapetaka ini?
Kalianlah
yang lebih patut dan lebih mampu daripada kaum laki-laki
untuk
melakukan usaha itu karena kalian telah mengerti
bahasa wanita
dan
cara menyadarkan mereka,
dan
oleh karena yang menjadi korban kerusakan ini adalah kalian,
para
wanita mulia dan beragama.
Maka
hendaklah kalian mengajak mereka agar bertakwa kepadaAllah,
Bila
mereka tidak mau bertakwa,
peringatkanlah
mereka akan akibat yang buru k dari perzinaan seperti terjangkitnya suatu
penyakit.
Bila mereka masih
membangkang
Maka beritahukan
akan kenyataan yang ada,
Katakan kepada
mereka : kalian adalah gadis-gadis remaja putri yang cantik,
oleh karena itu banyak pemuda mendatangi kalian
dan berebut di sekitar kalian, akan tetapi apakah keremajaan dan kecantikan itu
akan kekal?
Semua makhluk di duniaini tidak ada yang kekal.
Bagaimana
kelanjutannya, bila kalian sudah menjadi
nenek dengan punggung bungkuk dan wajah keriput?
Saat itu, siapakah yang akan memperhatikan?
Siapa yang akan
menaruhsimpati?
Tahukah kalian, siapakah yang memperhatikan, menghormati dan
mencintai seorang nenek?
Mereka adalah anak
dan para cucunya, saat itulah nenek tersebut menjadi seorang ratu ditengah
rakyatnya
Duduk di atas
singgasana dengan memakai mahkota,
tetapi bagaimana
dengan nenek yang lain,
yang masih belum
bersuami itu?
Apakah kelezatan itu sebanding dengan penderitaan di
atas?
Apakah akibat itu
akan kita tukar
dengan kelezatan sementara?
Teruntk
putriku dan teman temannya